A.
Management By Exception ( MBE )
MBE atau prinsip pengecualian, dengan titik perhatian pada pengawasan
yang paling kritis dan mempersilahkan karyawan atau manajemen tingkat rendah
untuk membuat variasinya. Ini digunakan untuk operasi-operasi yang bersifat
otomatis dan rutin.
Manajemen oleh Exception merupakan kebijakan "dimana manajemen
mencurahkan banyak waktu untuk menyelidiki hanya situasi di mana hasil aktual
berbeda secara signifikan dari hasil yang direncanakan. Ide dasarnya adalah
manajemen yang harus menghabiskan waktu yang berharga yang berkonsentrasi pada
item yang lebih penting (seperti membentuk perusahaan Perhatian masa depan
tentu saja strategis). yang diberikan hanya kepada penyimpangan bahan
memerlukan penyelidikan. " [1]
Hal ini tidak sepenuhnya identik dengan konsep manajemen pengecualian
dalam bahwa ia menjelaskan kebijakan mana fokus mutlak pada manajemen
pengecualian, berbeda dengan penerapan manajemen pengecualian moderat.
Dalam Manajemen Proyek, Manajemen implikasi oleh Eksepsi adalah bahwa
papan proyek harus memenuhi ketika keputusan-keputusan kunci tentang proyek
harus diambil, dan tidak pada interval teratur. Manajer proyek harus
menghasilkan Laporan Pengecualian untuk memanggil dewan untuk pertemuan
tersebut [2].
Jenis manajemen dapat menjadi kuat jika diperlukan untuk memproses
banyak data untuk membuat keputusan manajerial. Masalah dengan kebijakan ini
adalah bahwa hal itu dapat mengakibatkan perilaku rabun. Perilaku ini
menunjukkan bahwa manajemen yang lebih rendah pergeseran tujuan dari
menjalankan bisnis yang sukses dalam lingkungan dunia nyata, untuk makan
auditor terpusat dan manajer dengan data keuangan yang akan diinterpretasikan
sebagai dalam. Dalam situasi ini, seorang manajer perusahaan mungkin menjual
aset seperti peralatan (penting untuk produktivitas jangka panjang) untuk
memanipulasi rasio akuntansi yang digunakan dalam menentukan pengecualian.
Dengan demikian, manajemen yang lebih rendah dalam beberapa kasus dapat
menghindar yang ditandai sebagai pengecualian, sehingga merugikan jangka
panjang pabrik mereka mengelola.
B. Pengertian
Pengawasan
Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan tindakan,
walaupun hal ini jarang terjadi. Pengawasan diperlukan untuk melihat sejauh
mana hasil tercapai dan bertujuan menurut konsep sistem adalah mempertahankan
hasil atau output yang sesuai syarat-syarat sistem.
Menurut Robert J. Mockler
pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan
dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur
deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua
sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
Tidak jauh berbeda dengan yang diutarakan oleh pakar diatas, Murdick mendefinisikan
pengawasan yaitu proses dasar yang secara esensial teta diperlukan
bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi yang terdiri dari tiga tahap 1)
menetapkan standar pelaksanaan, 2) pengukuran pelaksanaan pekerjaan
dibandingkan dengan standar, dan 3) menemntukan kesenjangan antara pelaksanaan
dengan standard an rencana.
C.
Bentuk Bentuk Pengawasan
1.
Pengawasan Pendahulu (feeforward control, steering controls)
Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum kegiatan terselesaikan. Pengawasan ini akan efektif bila manajer dapat menemukan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang perubahan yang terjadi atau perkembangan tujuan.
Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum kegiatan terselesaikan. Pengawasan ini akan efektif bila manajer dapat menemukan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang perubahan yang terjadi atau perkembangan tujuan.
2.
Pengawasan Umpan Balik (feedback control, past-action controls)
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.
3.
Cuncarent ( Concurent Controll ),
Yaitu
pengawasn “ Ya-Tidak”, dimana suatu aspek dari prosedur harus memenuhi syarat
yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna menjamin ketepatan pelaksanaan
kegiatan
D. Tahap
Proses Pengawasan
- Tahap Penetapan Standar
Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target
pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan
keputusan. Bentuk standar yang umum yaitu :
a.
standar phisik.
b.
standar moneter
c.
c. standar waktu
- Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan secara tepat
- Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang
berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel.
- Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya
penyimpangan dan menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan
sebagai alat pengambilan keputusan bagai manajer.
- Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi
penyimpangan, maka perlu adanya perbaikan dalam pelaksanaan.
E.
Perancangan Proses Pengawasan
William
H. Newman menetapkan prosedur sistem pengawasan, dimana dilakukan lima jenis
pendekatan antara lain :
1.
Merumuskan hasil diinginkan, yang dihubungkan dengan individu yang
melaksanakan.
2.
Menetapkan petunjuk, dengan tujuan untuk mengatasi dan memperbaiki
penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan, yaitu dengan
a.
Pengukuran input
b.
Hasil pada tahap awal
c.
Gejala yang dihadapi
d.
Kondisi perubahan yang diasumsikan
3.
Menetapkan standar petunjuk dan hasil, dihubungkan dengan kondisi yg
dihadapi.
4.
Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik, dimana komunikasi
pengawasan didasarkan pada prinsip manajemen by exception yaitu diberi
informasi bila terjadi penyimpangan dari standar.
5.
Menilan informasi dan mengambil tindakan koreksi, bila perlu tindakan
diganti.
F.
Management Information Sytem ( MIS
)
Ini memainkan peranan penting dalam pengawasan dan perencanaan yang
efektif. Pengertian MIS yaitu suatu metoda informal pengadaan dan penyediaan
bagi manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan tepat waktu untuk
membuat proses pembuatan keputusan dan memungkinkan fungsi-fungsi perencanaan,
pengawasan dan operasional organisasi yang dilaksanakan secara efektif.
Tahap Perancangan dari MIS yaitu :
1.
Survei pendahuluan dan perumusan masalah
2.
Desain Konsepsual
3.
Desain Terperinci
4.
Implementasi akhir
Agar
MIS berjalan efektif maka harus memenuhi lima kriteria, yaitu :
a.
Mengikutsertakan pemakai dalam tim perancanngan
b.
Mempertimbangkan secara hati hati biaya system
c.
Memperlakukan Informasi yang relevan dan terseleksi
d.
Adanya pengujian Pendahuluan
e.
Menyediakan Latihan dan dokimentasi tertulis bagi para operato dan
pemakai system.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar